Perusahaan Farmasi Besar Dulang Profit dari Pencegahan HIV
Gilead, perusahaan memproduksi Descovy, variasi lain dari obat PrEP. Harganya? Nyaris Rp25 juta per resep
Sebuah bentuk baru dari PrEP (obat pencegah HIV) sebentar lagi akan dijual di pasaran. Ini seharusnya berita bagus, masalahnya kamu harus merogoh 1.800 dollar apabila tidak memiliki asuransi.
FDA (Badan Pengatur Makanan dan Obat-obatan di AS) menyetujui Descovy untuk digunakan sehari-hari sebagai PrEP—atau preexposure prophylaxis, obat yang mencegah transmisi HIV—bagi orang-orang yang menerima seks anal, seperti dilaporkan Reuters.
Descovy, diproduksi oleh GIlead Sciences Inc., mengandung beberapa formula yang digunakan dalam Truvada, yang juga dimanufaktur oleh Gilead. Tes klinis telah menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi Descovy memiliki kesehatan tulang dan ginjal lebih baik dibanding peminum Truvada. Biarpun begitu, Truvada, satu-satunya merek PrEP yang saat ini diizinkan untuk digunakan di AS, akan tetap menjadi opsi yang dianjurkan bagi mereka yang menerima seks vaginal, merujuk NBC News.
Upaya Gilead memproduksi bentuk lain dari PrEP di pasaran mungkin terlihat positif karena memberikan pasien penderita HIV lebih banyak opsi untuk mengatur penanganan mereka. Tapi Reuters melaporkan bahwa Descovy akan dihargai US$1.758 sebulan, kurang lebih sama mahalnya dengan Truvada.
Kebanyakan asuransi pemerintah dan swasta mencakup PrEP, tapi masalahnya tidak semua orang memiliki asuransi kesehatan atau akses ke sistem yang menjamin pemberian obat tersebut. Perlu diingat juga bahwa upaya Gilead untuk membawa Descovy ke pasaran, mengingat Truvada bakal kehilangan perlindungan patennya tahun depan. Begitu ini terjadi, obat-obat HIV generik—yang diduga akan lebih terjangkau—akan masuk ke pasaran, bersaing dengan GIlead dan memakan profit mereka.
Ini membuat saya berpikir: Seperti apa pelayanan kesehatan kita kalau perusahaan farmasi seperti GIlead tidak dibolehkan untuk memperlakukan kesehatan orang sebagai ladang uang. Apakah Descovy, Truvada, atau bentuk lain dari PrEP akan tersedia secara luas di apotek-apotek terdekat? Ya namanya juga ngimpi, boleh lah ya. Tapi untuk sekarang, pelayanan kesehatan di AS itu mimpi buruk.
Follow Harron Walker di Twitter
FDA (Badan Pengatur Makanan dan Obat-obatan di AS) menyetujui Descovy untuk digunakan sehari-hari sebagai PrEP—atau preexposure prophylaxis, obat yang mencegah transmisi HIV—bagi orang-orang yang menerima seks anal, seperti dilaporkan Reuters.
Descovy, diproduksi oleh GIlead Sciences Inc., mengandung beberapa formula yang digunakan dalam Truvada, yang juga dimanufaktur oleh Gilead. Tes klinis telah menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi Descovy memiliki kesehatan tulang dan ginjal lebih baik dibanding peminum Truvada. Biarpun begitu, Truvada, satu-satunya merek PrEP yang saat ini diizinkan untuk digunakan di AS, akan tetap menjadi opsi yang dianjurkan bagi mereka yang menerima seks vaginal, merujuk NBC News.
Upaya Gilead memproduksi bentuk lain dari PrEP di pasaran mungkin terlihat positif karena memberikan pasien penderita HIV lebih banyak opsi untuk mengatur penanganan mereka. Tapi Reuters melaporkan bahwa Descovy akan dihargai US$1.758 sebulan, kurang lebih sama mahalnya dengan Truvada.
Kebanyakan asuransi pemerintah dan swasta mencakup PrEP, tapi masalahnya tidak semua orang memiliki asuransi kesehatan atau akses ke sistem yang menjamin pemberian obat tersebut. Perlu diingat juga bahwa upaya Gilead untuk membawa Descovy ke pasaran, mengingat Truvada bakal kehilangan perlindungan patennya tahun depan. Begitu ini terjadi, obat-obat HIV generik—yang diduga akan lebih terjangkau—akan masuk ke pasaran, bersaing dengan GIlead dan memakan profit mereka.
Ini membuat saya berpikir: Seperti apa pelayanan kesehatan kita kalau perusahaan farmasi seperti GIlead tidak dibolehkan untuk memperlakukan kesehatan orang sebagai ladang uang. Apakah Descovy, Truvada, atau bentuk lain dari PrEP akan tersedia secara luas di apotek-apotek terdekat? Ya namanya juga ngimpi, boleh lah ya. Tapi untuk sekarang, pelayanan kesehatan di AS itu mimpi buruk.
Follow Harron Walker di Twitter